Minggu, 07 Juni 2009

istilah-istilah pasar modal



Bursa Efek : Pihak yang menyediakn system atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak2 lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
Efek : Produk turunan dari asset.
Equity : Biasa disebut dengan Saham, atau surat berharga yang mewakili andil/bagian kepemilikan perusahaan.
Going Public : Proses penjualan saham perdana kepada masyarakat/publik yang dikenal juga dengan istilah IPO.
Greenshoe : Suatu opsi yg memberi izin kepada penjamin emisi saham IPO untuk menjual saham tambahan kepada public/masyarakat jika permintaan terhadap saham tersebut cukup tinggi.
Hedge : Membuat suatu investasi untuk mengurangi/menghindari resiko pergerakn harga suatu asset.
Hedging : Melindungi suatu posisi dalam suatu surat berharga, mata uang maupun asset lainnya.
Index : Pengukuran statistic atas perubahan suatu portofolio saham yang menggambarkan/mewakili pasar secara keseluruhan. The Standard & Poor’s 500 adalah salah satu indeks yang paling dikenal, mengukur perubahan nilai keseluruhan dari nilai 500 saham perusahaan besar di AS.
Initial Public Offering (IPO) : Biasa disebut go public, merupakan penjualan saham perdana oleh suatu perusahaan kepada masyarakat.
Investasi : Menempatkan dana pada asset keuangan yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang.
Liability : Kewajiban hukum untuk membayar suatu hutang yang tercatat dalam neraca suatu perusahaan.
Option : Jenis opsi yang dapat dicairkan kaoan saja sampai masa jatuh temponya.
PER (Price Earning Ratio) : Merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan EPS.
Portofolio : Sekelompok asset, seperti saham, obligasi, dan reksadana yang dipegang oleh seorang investor.
Preferred Stock : Saham yang memiliki karakterisitk gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Profit Taking : Aksi ambil untung, biasanya terjadi ketika trader menjual saham mereka pada saat harga meningkat.
Prospectus : Dokumen resmi yang menjelaskan secara rinci tentang perusahaan seperti rencana penawaran saham do bursa (IPO), penerbitan saham baru, penerbitan right issue, penerbitan obligasi/hutang, dll.
Agio/Disagio : NIlai yang didapatkan dari selisih antara penawaran umu dengan nilai nominal.
Annual Report : Laporan Tahunan dari kegiatan perusahaan, yg meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, serta laporan perubahan ekuitas.
Bank Kustodian : Pihak yang berfungsi melakukan penyimpanan dan pengamatan fisik dokumen efek.
Bappepam : Badan Pengawas Pasar Modal, merupakan otoritas tertinggi di pasar modal yang memilik kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pasar modal di Indonesia.
Blue Chip : Contoh saham yang paling berkelas dalam pasar modal. Saham ini umumnya dimiliki oleh perusahaan2 mapan dengan reputasi keuangan baik dan stabil.
Bond : Obligasi, investasi pada hutang.
Bull market : Pasar di mana harga dari sejumlah besar saham mengalami peningkatan atau diharapkan mengalami peningkatan.
Bear Market : Kebalikan dari Bull Market.
Bonus Share : Saham2 baru yang dikeluarkan oleh emiten untuk para pemegang saham lama yang berasal dari kapitalisasi Agio saham.

Call : Kontrak opsi yang member hak kepada pemegang opsi tersebut untuk membeli sejumlah tertentu asset pada harga dan waktu tertentu.
Capital Gain : Keuntungan dari hasil jual beli saham berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli saham.
Capital Loss : Kebalikan dari Capital Gain.
Close Position : Keluar dari posisi suatu saham atau efek. Ex : Jika broker meminta anda untuk menutup posisi long pada suatu saham, berarti ia meminta anda untuk segera menjual saham tadi.
Day Trader : Pemain sham yang memegang posisi dalam jangka waktu yang sangat singkat (dalam hitungan menit/jam) dan melakukan beberapa kali perdagangan dalam waktu satu hari. Kegiatan ini dapat dikategorikan sebagai aksi spekulasi.
Derivative : Merupakan efek, seperti kontrak opsi dan futures yang nilainya tergantung dari performa asset yang mendasarinya (underlying asset)
DPR (Dividend Payout Ratio) : Merupakan perbandingan antara DPS dengan EPS.
DPS (Dividend per Shares) : Merupakan total semua dividend yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar.
EPS (Earning per Shares) : Merupakan perbandingan antara laba bersih perusahaan setelah dipotong pajak dengan jumlah saham yang diterbitkan.
Dividend Yield : Dividen tahunan per saham dibagi dengan harga perlembar saham. Dividend Yield ditambah dengan presentase capital gain sama dengan total return sebuah Due Diligence.

indeks saham NIKKEI (asing)




jika kita melihat indeks nikkei, downtrend jelas terlihat di grafik harian maupun mingguan. saya telah attack grafik harian ini dimana terlihat bahwa indeks nikkei mungkin dapat menuju ke level 16388, yang merupakan fibonacci retracement sebesar 38,2% dari penurunan harga sebelumnya. itu juga dengan catatan bahwa rebound di AS berlanjut terus dan momentum kenaikan terjaga dengan baik.

setelah indeks nikkei membentuk double top disekitar 18300 dan memecahkan supportnya disekitar 16500, target berikutnya secara teoritis terletak di 14700 dalam jangka menengah ke depan. secara umum, trennya indeks nikkei masih turun selama resistance dari channel line disekitar 16557 tidak dapat ditembus.

untuk itu indeks nikkei, kontrak berdurasi 3 bulan dan bukan 1 bulan seperti indeks Hng Seng. Settlement sendiri ditentukan oleh pihak burs dan berdasarkan supply dan demand pada penutupan pasar.

Analisa Indeks dan Saham Lokal

Laju IHSG bisa tertahan

Selasa, 14 April 2009, 09:08 WIB - OLEH SD TEAM Jakarta, Strategydesk - Seperti diperkirakan sebelumnya, IHSG dapat melanjutkan kenaikan pada awal pekan ini, berkat euphoria paska suksesnya pemilu yang sementara mengunggulkan partai milik Presiden SBY. Bull market di sejumlah saham regional, indeks DJIA berada diatas 8,000, dan penguatan rupiah terhadap dolar (level support ditembus, target Rp 10,600), ikut memberikan momentum kenaikan, kendati laju kenaikan IHSG terbatas, terutama menghadapi “Pekan Penentuan” dari data ekonomi AS dan China, dimana Kepala the Fed Bernanke akan berpidato dan laporan Goldman Sachs akan dirilis, diperkirakan dapat memicu aksi profit-taking di sejumlah saham unggulan, terutama di sektor finansial dan komoditas yang overbought. Meski potensi profit-taking saham unggulan dapat dibatasi oleh masih kuatnya aliran dana masuk ke pasar modal dan potensi kenaikan saham lapis kedua, dapat menopang IHSG hari Selasa.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak secara signifikan pada hari Senin, berkat aksi pemburuan saham lokal oleh investor mengantisipasi keunggulan partai Demokrat pada pemilu 9 April, diikuti dampak kenaikan di sejumlah bursa saham regional Asia dan AS pada akhir pekan lalu. IHSG ditutup di level tertinggi sejak Oktober 2008, menguat 74,65 poin (5,09%) di posisi 1,540,40, dengan volume yang cukup signifikan ketimbang biasanya sebesar Rp 4,184 triliun. Kuatnya inflow ke pasar modal, ikut menguatkan rupiah terhadap dolar, dimana ditutup di Rp 11,110. Kenaikan IHSG masih didominasi oleh saham komoditas, meluas ke saham finansial, infrastruktur, pertanian, perkebunan, property. Indeks LQ-45 menguat 5.96% di 306.26 dan indeks Kompas-100 menguat 5.77% di 377.35.
Sementara indeks saham regional terlihat bervariasi, dimana indeks saham Hang Seng libur, Nikkei 225 ditutup turun 0.44%, Kospi turun 0.19%, Shanghai naik 2.84%, STI naik 2.46%. Sementara pasar Eropa yang libur hari Senin, indeks DJI futures terkoreksi di sesi Asia, serta Thailand yang kembali memberlakukan emergency setelah Bangkok mengalami kerusuhan, diacuhkan oleh pemain saham di dalam negeri.

Ulasan Teknikal


Rekomendasi






IHSG mengacuhkan pola bearish reversal berdasarkan candlestick three outside down (08/04) pada hari Senin, meski secara penutupan pasar, IHSG masih berada di atas 10-day MA (1,467) untuk target resistance line di 1,559 (ascending triangle resistance line)1,560 (38.2% fibonacci retracement (high Agustus – low Oktober 2008), formasi cup with handle dengan pola candle downside tasuki (13/04-bullish continuation), seharusnya masih mendukung potensi kenaikan kendati terbatas karena indikator teknikal MACD, Stochastic berada dalam kondisi overbought. Support berada di 1,515/1,496. Trend jangka pendek bullish, meski trend med-term masih bearish karena indikator teknikal di weekly chart berada di teritorial negatif dan masih berada di bawah 1,559 (38.2% fibo retracement).
Resistance: 1685.19/1618.40/1573.8/1540.46. PP : 1518.22
Support: 1507.07/1495.91/1473.67/1451.43


Sukuk Dalam Negeri Bisa Diterbitkan Hingga Rp 15 Triliun




Jakarta - Pemerintah memperkirakan penerbitan Surah Berharga Syariah Negara (SBSN) atau biasa disebut sukuk dalam negeri domestik diperkirakan bisa mencapai sekitar Rp 15 triliun.

Hal tersebut disampaikan Direktur Kebijakan Pembiayaan Syariah Dahlan Siamat dalam jumpa pers, di Gedung Depkeu, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (19/5/2008).

"Kita telah melakukan intelligence survei, kepada investor domestik, dan permintaannya kurang lebih seperti itu, karena sukuk ini punya kelebihan tersendiri dibandingkan SUN konvensional," ujarnya.

Kelebihan sukuk adalah pertama investor sukuk tidak hanya lembaga keuangan syariah tetapi juga lembaga keuangan atau investor non syariah.

Yang kedua, investor sukuk lebih bervariasi. Bahkan untuk sukuk yang dikeluarkan korporasi komposisi investor non syariah sebanyak 70 persen dan sisanya investor syariah.

"Jadi basis investornya lebih luas, karena ditambah oleh lembaga keuangan syariah," ujarnya.

Sementara itu mengenai pengenaan pajak ganda pada sukuk, Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto menambahkan memang masih ada pengenaan pajak ganda karena dinilai seolah-olah ada perpindahan aset. Namun pihaknya sudah meminta supaya tidak ada pengenaan pajak berganda.

"Tapi saya sudah berbicara dengan Dirjen Pajak, dan ini akan diakomodir dalam RUU PPN supaya tidak ada pengenaan pajak ganda, kalau bisa jangan ada pajak berganda, karena perpindahan aset tidak riil," ujarnya.

"Dan saya sudah berbicara dengan DPR dan DPR menilai tidak perlu ada pengenaan pajak ganda, karena itu dalam amandemen UU PPN yang akan dibahas DPR ini akan diubah," tambahnya.

Global crisis affects sukuk issuance

Asian Islamic bond (sukuk) market has undergone a significant drop in issuance levels - a direct result of the fallout from the global financial crisis - but it also shows resilience and good long-term prospects, according to Moody's Investors Service.

"Most of the current challenges are because of the adverse nature of the global credit environment and the associated increase in risk perceptions and widening in spreads," said Dominique Gribot-Carroz, Moody's Vice-President and Business Development Executive.

Asian currency-denominated sukuk outstanding - namely in Malaysian ringgit, Pakistani rupees, Indonesian rupiah and Brunei dollars - grew by close to 50 per cent, from $43.6 billion (Dh160bn) at end-2006 to $65.3bn at end-2007, while in 2008, the market contracted slightly by 1.5 per cent to $64.3bn at 2008-end.

Global sukuk outstanding at 2008-end amounted to $103.6bn, of which 62 per cent were Asian-currency and 26 per cent US-dollar denominated.

"However, despite the drop in volume, it is encouraging to note that sovereign sukuk issuance has already brought significant vitality to the Asian market in 2009," Gribot-Carroz said.

In January, the Monetary Authority of Singapore announced the completion of sukuk issuance facility, while in the first quarter, Indonesia issued its first sukuk to retail investors, and recently launched its first off-shore issuance. And in Malaysia - the world's largest sukuk market - the government has issued sovereign sukuk this year, and is expected to return to the domestic market later this year.

From the perspective of the market's promising prospects, in coming months, issuing sukuk in Malaysia - a market where investors are familiar with the instrument - could be an option for institutions seeking funding for foreign infrastructure projects, for example, in Thailand or China. And Singapore and Hong Kong are likely to continue their efforts to position themselves as efficient platforms for sukuk issuances.

However, various key issues need to be resolved over the longer term, for example, the ongoing absence of standardised commercial and technical criteria.

The sukuk market globally remains a relatively young asset class and faces problems typical of any new market, the investors' service agency said in a report. Even before the present financial crisis, liquidity on the secondary sukuk markets was quite limited, while the fact that most sukuk investors have always adopted a buy-and-hold strategy only exacerbates the problems.

Moody's said risk management challenges have increased for the Islamic finance industry as a whole. While Shariah compliancy prohibits excess leverage, Islamic assets suffer from other limitations, such as the narrow range of tools available to hedge risk, manage liquidity and a tendency to concentrate on tangible real estate assets.

Moody's said that most recent issuances in Asia as previously have been asset-based and not asset- backed. Indeed, while most sukuk have assets in their structures, Moody's only considers them as asset-backed or asset-secured if key securitization elements are present to ensure that holders enjoy beneficial title and realisable security over the assets and associated cash flows.



sistem informasi (dari bursa efek client)

Rabu, 03 Juni 2009

Sinlammim Methods

THE MISTERY OF DIGITAL ROOT BASED ON SINLAMMIM METHOD

DR.IR.H.Roikhan Mochamad Aziz,MM. UIN Jakarta - State Islamic University, Science & Techno, Information System Department (SI), Science & Techno

Abstract
Islam comes with simple argument and supported by low end technology which can transform the digital root theory into Sinlammim method. In this very easy calculation, the numbers will be count one by one until unlimited amounts on certain repeats numbers on the top of absolute value.
Begin with less number until indefinite numbers, there are 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,….. etc., so called counting numbers. Then these numbers will be summed one by one to get accumulation result to be transformed into digital root.
Repeat numbers in digital root table can be grouped in three parts. In this three parts, the repeat numbers has many possible patterns. And one of possible patterns are 319, 913, 616. This pattern can be grouped by: group one as 319, group two as 913, and group three as 616.
The big mystery came from digital root 616 which show the relation between Holy Book al-Quran, digital root, the symbols in human hands, and the phenomena of the 7 seals.
These simple explanations represent the complex form from other science and knowledge ground to have the gate for opening answer what is Theory Of Everything (TOE). One of the answer of this TOE can be drawn by Sinlammim method which is derived from the word Islam. Where Islam has a meaning of answer for everything (rahmatan lil alamin) or can be equaled to Theory of Everything.

Kaffah Economics

1. A Comparison Of The Importance Of Leadership Concept And Attributes In Islamic Theology And Management Sciences by Naderehsadat Najafizadeh (Islamic Azad University of Arak)

Leadership is one of the most important subjects in management science and in Islamic theology. Since leadership is also on important aspect at human life, to shed some lights on different aspect of it, this article has been tried to look at leadership in two points of view, today’s management science and Islamic theology. In the first part , has been tried to explain the importance of such a study , in which it has been talked about leadership definition, concept, methods, difference between leadership and management, and leadership styles, with using the views of different management scientists and thinkers. Then in the second part all the subjects in the first one has been compared and contrasted with Islamic thinking based on “Holy Quran” and relevant Hadith from the prophet Mohammad (peace be upon him). In addition a major part is dedicated to the Islamic religious leader characteristics which are already low profiled and unknown. That’s while at the end, after studying the leadership characteristics from the Islamic point of view these characteristics are presented as a comprehensive & applicable pattern. Finally in concluding chapter some sentences related to management and leadership from the book of Nahj ul-Balagha, the orders of Ali Ibn Abitaleb , Amir Al momenin, are discussed as examples to show how one should be behave with his obedient & can be used to guide management scholars.

2. Islamic Economics and Endogenous Money Supply: Post-Keynesian Analyses by Yousuf N. Marvi (Connecticut College)

Much of the criticism of Islamic economics is based on theoretical disagreements with neo-classical economics. From the theoretical models of inflation to unemployment trade-off, to the concept of interest-rate, there are many fundamental differences between neo-classical and Islamic economics. As a result, many Islamic economist, fuqa’ha, and muftis have argued for a completely different approach to Islamic economics embracing new models and methodologies. Unfortunately, this regurgitation of critiques towards neo-classical economics has created a tunnel-vision for some Islamic economists and resulted in a total rejection of western-knowledge-based economics. Post-Keynesian economists are one of the heterodox groups of economists who have very divergent views on the nature of economics and how it interacts with human beings. It is heavily impacted by three concepts: the non-ergodic nature of the world, institutionalism and the Marxian critique on class. Post-Keynesians accept five roles of money: exchange value, store value, transaction, speculative, and finance demand value. On the other hand, in Islamic Economics, giving or taking interest in money matters is strictly forbidden, thus affecting and altering the aforementioned roles of money. The purpose of this paper shall be to highlight the compatibility of Post-Keynesian economic analyses with Islamic economics, especially, in the field of monetary economics. The emphasis will be on the theory of Endogenous Money Supply and its implications for Islamic economics, the challenges, and benefits it can create towards further development of Islamic economics, especially monetary economics.

3. Stock Price Forecasting in an Interest-Free Economy by Ahmed Hassan Mabrouk (International Islamic University Malaysia)

Stock price forecasting models are equally important for investor decisions in the western market as well as in the Islamic market. Both dividend discount and earning-based valuation models use interest rate as a fundamental measure to reflect the present value of future dividends and earnings respectively. In general terms, stock prices are forecasted based on the correlation between stock return and interest rate. However, in an Islamic, interest-free economy, no such correlation is available. This paper suggests that interest-free economy would realize the principle of market efficiency more efficiently and would render stock prices more related to economic realities. In other words, stock prices would capture the real growth component of the concerned stock, rather than the speculative and artificial ones. It is argued that such an economy provides more accurate indicators to investors as to where to direct their funds for potential growth at a rate higher than the market capitalization rate.
ICIE2009, Kuala Lumpur 28-29 April 2009

4. Measuring Economic Development Level of OIC Countries through Islamic Economic Development Index (I-EDI) by MB Hendrie Anto (Islamic University of Indonesia)

Islam has its own concept on economic development, so measurement of development level of Muslim countries would be more appropriate by using a specific Islamic economic development indicator. This paper is aim to (i) construct a new measurement of economic development under Islamic perspective, (ii) simulate this index to OIC countries and, (iii) compare this index with other indices such as Human Development Index (HDI), GDP/capita, etc. The proposed index, Islamic Economic Development Index [I-EDI] includes all dimensions within the framework of the Maqasid al-Shariah, which is basically concerned with the promotion of human well being through the preservation of self, wealth, posterity intellect and faith. The findings show that the whole rank composition between I-EDI and HDI is slightly difference. In one hand, a number of countries enjoy a better rank in I-EDI compared with HDI. In another hand, several countries suffer a marked deterioration of rank. The high score group in I-EDI is still dominated mostly by Middle East Countries and the bottom line is still dominated by African Countries. In general, the contribution of material welfare index (MWI) in the whole I-EDI is superior which indicate the importance of material in developing the whole welfare.

Sukuk Dari Dalam Negeri

Selasa kemarin, ada diskusi terbatas mengenai sukuk di Ruang Rapat A Gedung Perbendaharaan IV, di lapangan Banteng. Diskusi ini dikatakan terbatas karena memang hanya dihadiri oleh orang-orang pilihan dari institusi syariah seperti bank, asuransi, reksadana dan juga beberapa organisasi seperti MES, IAEI dan termasuk juga Asbisindo. Beberapa pegawai di lingkungan departemen keuangan juga turut. Ada 2 pembicara dalam rapat terbatas ini, pertama adalah Dirjen Pembiayaan Negara, Bapak Dahlan Siamat, dan juga staff pegawai dari HSBC. Menurut Bapak Dahlan Siamat, saat ini draft undang-undang sukuk telah disampaikan kepada Komisi XI DPR, 13 Maret lalu, dan ada optimisme bahwa sukuk akan dapat diterbitkan di tahun ini. Setelah hampir setahun sukuk, keberadaan undang-undang sukuk menjadi pertanyaan banyak orang. Sementara itu, dari pihak HSBC menjelaskan bagaimana prospek sukuk dalam negeri dan internasional. Perkembangan sukuk sangat cepat, sebagai data dipaparkan bahwa pada tahun 2002, penerbitan sukuk hanya berjumlah US $ 5 milyar , dan pada tahun 2006, jumlah ini meningkat menjadi US$16 milyar bahkan pertumbuhannya mencapai pertahunnya. Beberapa negara yang menjadi client dari HSBC dalam penerbitan sukuk antara lain Malaysia, Qatar, Bahrain, Pakistan, Jerman, Brunei dengan skim yang paling banyak digunakan adalah skim ijarah. Sukuk dengan struktur pembiayaan ijarah merupakan paling banyak dipakai, walau saat ini sukuk dengan skim musyarakah, ijarah, itishna, istihmar.
Beberapa hal yang menarik dari diskusi ini muncul setelah adanya tanya jawab antara peserta dengan pihak penyaji. Ada yang nyeletuk " Pak, gimana kalau pemerintah langsung menerbitkan sukuk tanpa menunggu UU disyahkan DPR, perbankan syariah tanpa UU juga bisa..... Ini langsung dikomentari oleh Pak Dahlan Siamat, dia bilang tidak bisa blabla bla. Pak Adiwarman Karim yang kebetulan hadir di sana bilang bahwa keberadaan sukuk berbeda dengan perbankan syariah. kalau di sukuk, jelas kepentingan negara yang diperjuangkan, sedangkan dalam perbankan syariah masih ada pasal-pasal yang menjadi kontroversial. Yah sudahlah..apapun kita berharap UU SUKUK akan segera keluar karena potensi sukuk sebagai sumber pembiayaan negara sangat besar. Saat ini penggemar sukuk tidak hanya berasal dari Timur Tengah namun juga Eropa dan Asia. Bahkan menurut data yang terkumpul, di atas 50% sukuk yang diterbitkan merupakan sukuk yang diterbotkan oleh Malaysia dalam mata uang ringgit, kemana Indonesia.

Sukuk Akan Diterbitkan di Singapura

Pemerintah akan menerbitkan obligasi syariah (sukuk) maksimal Rp 18,84 triliun pada Agustus 2008. Nilai itu sesuai dengan underlyng asset yang telah dihitung Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan.
Direktur Kebijakan Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan Dahlan Siamat menyatakan jumlah itu akan dibagi rata antara penerbitan domestik dan luar negeri. "Penerbitannya akan dicatatkan di Singapura," katanya di kantor Menko Perekonomian, Senin (21/04).
Pemerintah sendiri hingga saat ini belum menentukan berapa besar sukuk yang akan diterbitkan. Pasalnya, pemerintah akan melihat kondisi pasar mengingat kondisi pasar obligasi sempat mengalami gejolak. "Kita akan lihat pasarnya nanti bagaimana," kata Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu Rahmat Waluyanto di Jakarta, Jumat (18/4) malam.
Aset yang dijadikan jaminan adalah barang milik negara yang memiliki nilai ekonomis berupa tanah dan bangunan dalam rangka penerbitan sukuk. Dengan adanya aset ini, pemerintah bisa menerbitkan sukuk di dalam negeri dan internasional.
Namun, Menkeu Sri Mulyani sendiri menegaskan pemerintah belum tentu menggunakan seluruh underlyng asset yang telah tersedia sebesar Rp18,84 triliun. ''Kita menggunakan sesuai kebutuhan saja," katanya di kantornya Jumat malam lalu. Hal itu menurutnya juga masih akan disesuaikan dengan keadaan pasar, kesiapan instrumen serta biaya atau harga yang harus kita nilai.
Penerbitan obligasi syariah itu dilakukan untuk membiayai defisit anggaran yang mencapai 2,1% atau sebesar Rp 94,5 triliun. Pemerintah optimistis penerbitan sukuk tahun ini dapat diserap pasar meski pada saat ini terjadi turbulensi di sektor keuangan.